Tujuh Sebagai Kode Berpasang

Sejak zaman Nabi Nuh AS, Allah telah mengatakan lewat Al-Qur’an bahwa Langit itu Tujuh. Hal itu dapat kita lihat pada Surat Nuh, surat ke 71 pada Al-Qur’an, ketika Nabi Nuh AS berkata kepada kaumnya :

”Apa tidak kamu lihat bagaimana Allah menciptakan
tujuh langit bertingkat-tingkat ?”
(Al-Qur’an, surat Nuh, ke-71 ayat 15)

Sampai sekarang para ilmuwan belum menemukan dan menjawab bagaimana dan untuk apa konstanta langit yang tujuh itu. Bahkan para ulama Islam pun sampai sekarang belum merasa perlu tentang hal diberitahukannya bahwa langit itu tujuh. Seperti anak sekolah dasar yang diajar oleh bapak gurunya bahwa satu lusin = 12, tetapi dalam keseharian ia tidak pernah menemukan fenomena satu lusin = 12 itu. Ia tidak lagi melihat orang menjual pensil sebanyak 12. Lalu untuk apa diajarkan bahwa satu lusin = 12 ? tanya murid itu kepada bapak gurunya. Orang kafir tentu mendustakan bilangan tujuh ini. Itu sebab seorang astronom modern sekarang tidak pernah terucap dari mulutnya tentang langit yang tujuh. Ia hanya mengatakan Alam Semesta. Bagaimana dengan ’Arsy ?. Padahal di Alam Semesta ada Langit yang tujuh dan ada ’Arsy.
Sebagai Muslim, siapapun anda apakah ilmuwan atau tidak sudah harus memulai untuk merenungkan bahwa di Alam Semesta ada Langit yang tujuh dan ada ’Arsy. Itulah yang tidak pernah terbacakan oleh kita sejak kita di Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, karena konsep ketuhanan kita masih tercampur kepada hal yang tidak Qur’ani. Kalau kita berjalan-jalan ke pasar dan bertanya kepada orang-orang ”Hai orang-orang, apakah kamu tahu bahwa langit itu tujuh ?”, mereka pasti tahu bahwa langit itu tujuh , tetapi mereka tidak tahu untuk apa ?. Dan kalau kita tanya ”Hai orang-orang apakah kamu tahu apa itu ’Arsy ?” , sedikit yang menjawab ”Saya tahu. Apa itu ’Arsy ?. Mengapa langit itu Tujuh sudah diproklamirkan sejak saman Nabi Nuh As ?. Mungkin Matematika Islam bisa membantu kita untuk memahami itu.

Katakan: “Siapa Pemelihara Langit yang tujuh
dan Pemelihara ‘Arsy yang ‘Azhiim?”
(Al-Qur’an, surat ke-23 ayat 86)

Suatu hal yang fantastik dari langit tujuh ini adalah ia menyatakan kesepasangan. Satu paket yang jumlahnya tujuh, tentulah habis dibagi tujuh.
Jika kita teropong inti sel dengan mikroskop elektron, kita akan menemukan bilangan 23 di dalam inti sel itu, yaitu bilangan kromosomnya.

Bilangan ini tertulis Secara Simbol di dalam Al-Qur’an. Tulisan itu berupa jumlah ayat Al-Quran yang 6236. Terlihat bahwa bilangan 23 ditulis di tengah-tengah, dan pinggir-pinggirnya 6. Fenomena ini adalah fenomena Sel Manusia, yaitu pada inti sel terdapat 23 kromosom. Kromosom yang 23 ini disebut di dalam Al-Qur’an dengan istilah Shurah (pakai shod). Hal itu disebut pada surat ke 82 ayat 8.

Dalam shurah yang Dia kehendaki, Dia telah susun kamu
(Al-Qur’an, surat ke-82 ayat 08)

Tidak seorangpun tahu sebelumnya, kalau shurah (pakai shod) itu adalah kromosom. Kita baru tahu setelah menyadari bahwa manusia disusun di dalam Kromosom. Artinya kita baru akan faham kata shurah di dalam Al-Qur’an setelah manusia menemukan mikroskop elektron dan setelah berkembangnya ilmu tentang kromosom. Yang menarik adalah kata Surat (pakai Sin) di surat ke 2 itu sengaja diletakkan pada ayat ke-23.

Jika kami dalam keraguan dari apa yang kami telah turunkan atas hamba kami, maka datangkanlah satu Surat dari seperti dia, dan serulah saksi-saksi kamu dari selain Allah jika kamu orang-orang yang shiddiq. (02,23)

Ayat ini diletakkan di ayat 23 adalah ”KODE”, bahwa Surat dan Shurat itu pada dasarnya sama, dan kita telah membuktikannya pada Matematika Islam-2 pada Al-Qur’an 4-Dimensi, di sana dilihatkan bahwa separoh dari bentuk bangun surat-surat Al-Qur’an menggambarkan bentuk bangun kromosom manusia, dan separohnya kromosom Nabi Yusuf As. Artinya, Al-Qur’an yang ayatnya 6236 itu mempunyai hubungan erat dengan bilangan 23 di dalam inti sel manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebenarnya Al-Qur’an adalah perangkat lunak dari perangkat keras manusia. Tanpa perangkat lunak ini, manusia adalah sampah. Untuk meyakinkan itulah kemudian dilihatkan bahwa bilangan 23 dan bilangan 6236 itu benar-benar sepasang. Kode sepasang itu adalah bahwa ia harus habis dibagi tujuh. Jadi dapat diturunkan suatu definisi, bahwa yang dikatakan berpasangan itu adalah kelipatan tujuh, sehingga sesuatu yang habis dibagi tujuh adalah pertanda bahwa mereka berpasangan. Misalnya bilangan 23 pada inti sel manusia dan bilangan 6236 pada Al-Qur’an. Kedua bilangan ini berpasangan, sebab itu bilangan ini jika digabung seperti ini :

Yaitu : 236236 : 7 = 33748

Demikian juga dengan bilangan surat Alqur’an yang 114.

Yaitu : 23 114 : 7 = 3302

Bilangan ayat Al-Qur’an yang 6236 ini pastilah berpasangan dengan bilangan suratnya yang 114 pada Al-Qur’an, sebab itu bilangan 114 6236 juga habis dibagi tujuh.

Yaitu : 114 6236 : 7 = 163748

Bilangan ayat Alqur’an yang 6236 ini pastilah berpasangan dengan bilangan juzya yang 30 pada Alqur’an, sebab itu bilangan 30 6236 juga habis dibagi tujuh.

Yaitu : 30 6236 : 7 = 43748

Bilangan surat Alqur’an yang 114 pastilah berpasangan dengan bilangan juzya yang 30, sebab itu bilangan 30 114 juga habis dibagi tujuh.

Yaitu : 30 114 : 7 = 4302

Basmalah-Pembuka pada Al-Qur’an ada 112, sehingga ayat Alqur’an bersama Basmalah-Pembuka = 112 + 6236 = 6348

Bilangan ayat Al-Qur’an yang 6348 ini pastilah berpasangan dengan bilangan suratnya yang 114 pada Al-Qur’an, sebab itu bilangan 114 6348 juga habis dibagi tujuh.


Yaitu : 114 6348 : 7 = 163764

Bilangan ayat Al-Qur’an yang 6348 ini pastilah berpasangan dengan bilangan juzya yang 30 pada Al-Qur’an, sebab itu bilangan 30 6348 juga habis dibagi tujuh.


Yaitu : 30 6348 : 7 = 43764

Dan bahkan bilangan kromosom yang 23 berpasangan dengan bilangan ayat yang 6348 itu.

Yaitu : 23 6348 : 7 = 33764

Ingatlah bilangan 23 terdapat pada inti Sel Manusia. Segala macam inti, di dalam Alqur’an disebut sebagai Shudur (dada), sehingga Shuduril ’Alamiin maknanya adalah Inti Alam Semesta.
Bukankah Allah lebih mengetahui karakter apa-apa yang ada dalam Shudur Alam Semesta ?
(Alqur’an, Surat ke-29 ayat 10)

Akhirnya kita faham, mengapa Langit harus tujuh, karena hendak mengajarkan kepada kita sesuatu yang disebut berpapsangan, dan tujuh itu memang lambang kesepasangan. Seperti dikatakan “Kami telah beri kepada mu tujuh dari yang berpasangan dan bacaan yang ‘azhiim” (1587).

Dan sungguh kami telah memberi kepada mu
tujuh dari yang berpasangan,
dan Alqur’an yang ’Azhiim
(Alqur’an, surat ke-15 ayat 87)

0 komentar:

Posting Komentar